New Step by Step Map For reformasi intelijen indonesia
New Step by Step Map For reformasi intelijen indonesia
Blog Article
This informative article examines the complexities encompassing violence by Muslims in the direction of the Ahmadiyya community in Indonesia in its new period of democracy. Violence emerged in 1998 while in the publish-Suharto period when some Muslim teams, which include Entrance Pembela Islam (FPI), claimed that Ahmadiyya can be a deviant team (aliran sesat) In accordance with Islamic orthodoxy. This article performs to realize why and how Ahmadiyya grew to become a goal of violent assaults by some Muslim teams during the put up-Suharto era by looking at the rise of Islamic fundamentalist teams in the course of this time of recent-observed spiritual liberty. In doing this, I check with how politics, financial system and Islamic theology emerged as major things that contributed into the assault. By way of identifying particular case scientific studies of assaults in towns throughout Java and Lombok, I also explore how governing administration results in the plan to find the ideal Resolution And just how significantly the usefulness of the coverage to unravel the issue. Kata Kunci: Ahmadiyah, kekerasan, politik dan kebijakan negara 27
yang memberikan keuntungan yang menentukan bagi mereka yang menguasainya. Bahkan media massa mampu untuk mempengaruhi dengan signifikan proses peradilan yang sedang berlangsung, sehingga berakibat kekuasaan kehakiman menjadi tidak independen. Media massa sangat efektif sebagai alat pembenaran.
Praktik intelijen Indonesia pada period Orde Baru kerap dikenal sebagai "intelijen hitam"dimana intelijen beroperasi untuk mengatasi ancaman terhadap rezim penguasa.
Soeharto’s strategy inside the seventies was to build ‘contestation’ between institutions to make sure that they might in no way ‘unite’ in opposition to Suharto, who wound up inserting all intelligence companies less than his immediate control. While Soeharto selected BAKIN as a strategic intelligence agency, he didn't quickly disband KOPKAMTIB and Opsus. Soeharto also ‘strengthened’ the figure with the “Intelligence Assistant” underneath the Ministry of Protection and Protection who was anticipated to direct concurrently the ABRI’s (Commander on the Armed Forces with the Republic of Indonesia) controlled territorial army intelligence units, KOPKAMTIB, and BAKIN, which frequently ran overlapping operations and even competed Together with the purpose of securing Soeharto’s interests.
Pengalaman Amerika Serikat, bagaimana intelijen mengemban kepentingan politik negara, terlihat ketika intelijen berperan untuk menumbangkan paslon partai demokrat Gary Warren Hart yang digadang-gadang calon kuat presiden AS pada pilpres 1988, mengingat masih ada kepentingan very important AS yang harus diemban oleh incumben Goerge Bush sebagai pesaing dari partai republic.
The post will respond to concerns over the backflow of democracy Using the complete control of the president above BIN. The sights expressed Listed below are purely particular and are not connected to the thoughts or attitudes of any federal government companies.[4]
. What needs to be stressing is not the new principles promoted but the current absence of norms of democratic oversight more than intelligence.
Meskipun istilahnya berbeda, esensi dari Intelijen dan Telik Sandi memiliki kesamaan, yaitu dalam pengumpulan, analisis, dan penggunaan informasi dengan tujuan yang berkaitan dengan keamanan dan pemahaman situasi.
Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono dan kemudian Joko Widodo, perubahan corak politik luar negeri Indonesia juga dipengaruhi oleh isu-isu yang berkembang dan juga dialami oleh negara Indonesia, baik isu atau masalah tersebut berasal dari dalam negeri seperti isu mengenai Hak Asasi Manusia, isu referendum, isu ekonomi maupun politik maupun isu atau masalah yang berasal dari luar negeri dan juga dunia internasional seperti contohnya isu mengenai konflik ataupun perang, isu terorisme dan juga perdamaian dunia. Kerjasama Jepang dan Indonesia di period reformasi menunjukkan bahwa kedua negara sudah memiliki rasa saling percaya dan keakraban. Selain itu peluang kerjasama pun menjadi semakin luas, tidak hanya terbatas pada bisnis dan ekonomi, Jepang juga memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan bekerjasama dalam sektor energi, pertahanan dan keamanan, politik, budaya pop, teknologi, dan lain-lain. Dengan begitu Jepang mendapatkan popularitas di tanah air Indonesia sebagai negara maju yang berpartner dengan Indonesia, bukan lagi sebagai penjahat perang seperti pada masa pendudukan Jepang di Indonesia.
Patut disadari bahwa, gerakan-gerakan separatisme yang ada saat ini masih berakar pada motif-motif ekonomi yang awalnya berupa gagasan ketidakpuasan atas perekonomian daerah tertentu atas kebijakan pemerintah pusat. Hal ini, menjadi sorotan negara-negara tertentu yang kemudian dengan sengaja masih menyokong gerakan-gerakan separatisme, yang masih ada di Indonesia, baik dengan melalui penggalangan terhadap tokoh dan masyarakat lokal oleh lembaga swadaya masyarakat dari negara asing, atau mengakomodir upaya diplomatis aspiratif separatisme, terhadap negara kesatuan Republik Indonesia, di kancah internasional.
Meski masih diperdebatkan apakah ancaman tersebut sifatnya harus eksternal atau bisa juga inner, berbagai permasalahan ekonomi yang muncul belakangan ini bisa jadi merupakan simptom dari kinerja intelijen yang belum ajeg.
Reformasi intelijen harus dapat menyentuh lini yang telah disebutkan dan mampu memperkuat dan mempertegas aspek-aspek tersebut.
Hal ini juga disampaikan Baca selengkapnya oleh Awani, yang menekankan perlunya tanggapan cepat terhadap ancaman siber seperti disinformasi dan manipulasi data.
Jurnal Intelijen adalah media massa yang bersifat umum yang mengulas sisi pemberitaan secara mendalam. Dalam beberapa berita akan disajikan scenario, foresight, prediksi, dan rekomendasi yang disarankan oleh Redaksi untuk dilaksanakan oleh pemangku kepentingan terkait. Pemilihan kata "intelijen" yang mengandung makna cerdas dan tepat yang artinya jurnalis dan jajaran Redaksi dalam membuat berita akan dilakukan dengan cermat, tepat, cepat dan menghadirkan narasumber yang kompeten. Disamping itu, media massa ini tidak terkait dengan lembaga intelijen manapun juga baik dalam dan luar negeri. Kami mengundang pembaca dan pemangku kepentingan dan pihak manapun baik di dalam dan luar negeri untuk bekerjasama dengan media massa ini baik terkait indepht reporting, kerjasama pemberitaan ataupun kerjasama lainnya.